Masih ingatkah anda
ketika di SD, guru-guru mengajari kita untuk berpikir dari hal yang paling
sederhana hingga dengan yang paling rumit. Hal paling sederhana adalah berpikir
untuk menjawab dengan benar setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun
pada saat ujian. Sedangkan hal paling rumit ialah berpikir untuk menyelesaikan
konflik dengan teman, keluarga, ataupun sahabat. Terkadang kita tidak bias
menyelesaikan sendiri konflik itu dan membutuhkan bantuan pemikiran orang lain.
Apakah otak kita yang terbatas ataukah kita memang tidak mampu berpikir untuk
menemukan solusinya.
Keterampilan berpikir itu dipertajam lagi ketika di
sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), keterampilan berpikir itu akhirnya mencapai
puncaknya pada saat kita duduk di perguruan tinggi karena pelajaran yang kita
dapat adalah menganalisa sebuah pertanyaan yang tidak ada panduan jawabannya.
Jadi, keterampilan berpikir itu diajarkan di semua level sekolah. Lantas mengapa
kita masih stress jika harus memikirkan sesuatu? Mengapa kita tidak menikmati
saat memikirkan jawaban tentang sesuatu? Alasannya adalah karena manusia
cenderung pemalas dan tidak suka melakukan pekerjaan yang susah padahal seluruh
keterampilan itu akan bermanfaat jika dikembangkan dan dioptimalkan.
Pertanyaannya, apakah kita suka untuk mengembangkan cara berpikir kita dan
mengoptimalkannya?
Semua orang lahir dalam kondisi yang sama besar kapasitas
otaknya. Namun saat kita dewasa, ada di antara kita yang hidup sukses, namun
ada juga yang hidup miskin. Jika anda berkarir di perusahaan dengan posisi saat
ini sebagai staf dan melihat betapa enaknya pekerjaan seorang presiden direktur
dengan gaji melimpah dan fasilitas mewah, perlukah anda sakit kepala? Sebab
presiden direktur itu juga manusia biasa yang mempunyai sifat-sifat menusiawi
yang sama. Bukan nasib yang membuat
seseorang menjadi presiden direktur, tetapi cara berpikir dan bertindaklah yang
menjadikan sukses. Jadi, jika kita ingin sukses, tirulah cara berpikir dan
bertindak seseorang yang sudah sukses dalam hidupnya. Saat menjadi karyawan, pada umunya
hanya memikirkan diri sendiri. Jika bukan memikirkan diri sendiri, paling hanya
memikirkan keluarga, itupun porsinya tidak sebanyak dibandingkan dengan
memikirkan diri sendiri. Fokus utama hanya pada gaji dan cara menghabiskan
gaji. Sedangkan ketika menjabat menjadi
presiden direktur sudah mampu memikirkan keluarga secara lebih baik dan
memikirkan kondisi karyawan, porsinya melebihi saat berpikir untuk diri
sendiri. Fokus utama adalah membuat supaya karyawan dan keluarganya sejahtera,
sehingga karyawan mudah diatur. Menjadi
owner mampu memikirkan keluarga besar, karyawan, dan lingkungan. Fokus utamanya
adalah pada tingkat kesejahteraan keluarga besar, karyawan dan masyarakat
sekitar lingkungan perusahaan. Pada level ini, porsi memikirkan diri sendiri
sudah sangat minim sekali. Berpikir
tingkat tinggi berorientasi pada kepentingan umum, bukan kepentingan pribadi
maupun kepentingan golongan. Pada saat sekolah menengah pertama dulu, pada
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan guru-guru selalu mengatakan “Dahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi dan golongan”. Apakah pelajaran ini
masih bermanfaat untuk kita saat ini? Tentu, aplikasinya sederhana. Ketika anda
bekerja baik itu untuk anda sendiri maupun untuk orang lain, berorientasilah
untuk memenuhi kebutuhan tempat usaha atau perusahaan itu terlebih dahulu.
Dahulukan kepentingan kerja atau kepentingan pekerjaan dari pada kepentingan pribadi
ataupun golongan. Di era ini beberapa oknum karyawan dengan bangganya
mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan dibandingkan dengan kepentingan
perusahaan. Fakta paling mudah terlihat ketika kenaikan gaji. Mereka rela
melakukan demonstrasi untuk menuntun kenaikan gaji padahal tanpa demonstrasi
pun, gaji akan otomatis naik jika kinerja karwayan yang bersangkutan melebihi
standar yang ditetapkan perusahaan. Ada pula yang bekerja bermalas-malasan
dengan alasan gajinya rendah, padahal bonus itu datang dari kerja yang rajin
dan hasil yang selalu melebihi target. Itu sebabnya karyawan yang malas atau
suka ikut demo sulit mendapatkan promosi jabatan atau peningkatan
kesejahteraan. Mereka terjebak memikirkan diri sendiri dan tidak memperdulikan
orang lain atau tempat kerjanya. Cara memikirkan kebutuhan tempat kerja itu
mudah, seperti :
1. ketika melihat
lingkungan tempat kerja kotor, pikirkan cara membersihkannya dengan biaya
paling minim! Anda bias mengusulkan kerja bakti rame-rame kepada pemimpin
setiap hari tertentu. Tentu saja ide brilian anda ini akan dihargai tinggi oleh
pemimpin.
2. ketika perusahaan
anda sedang merugi dan produk-produknya tidak dapat terjual, anda berfikir dan
bertindak cepat membantu menjual produk-produk tersebut. Bukankah pimpinan perusahaan
akan menghargai karwayannya yang memiliki sense
of crisis tinggi? Biarlah rekan-rekan anda melakukan demo atau duduk-duduk
menunggu hal yang tidak pasti. Anda akan menuai hasil yang manis di kemudian
hari.
3. jika pemimpin anda
bertanya, usahakanlah selalu memberikan jawaban yang dibutuhkan oleh pemimpin
anda bukan jawaban sesuai keinginan anda. Oleh karena itu, anda harus berpikir
cepat memahami masalah yang sedang dibahas dan memahami itu adalah dengan
mengamati dan menganalisis keadaan perusahaan.
Jadi,
memikirkan saja tidak cukup. Anda harus mengungkapkan hal-hal yang anda
pikirkan itu kepada orang lain yang membutuhkan. Namun yang lebih penting
adalah kesediaan anda memikirkan perusahaan anda terlebih dahulu dengan
mengesampingkan kepentingan pribadi. Bukan hal yang mudah,
kerena membutuhkan kebesaran jiwa. Dari perbedaan cara berpikir karyawan,
presiden direktur, hingga Owner ternyata posisi mereka dipengaruhi oleh cara
berpikir mereka oleh karena itu, jika saat ini anda masih bekerja sebagai
karyawan dan menginginkan promosi jabatan, berpikirlah selayaknya pemimpin
perusahaan atau pemilik perusahaan. Jika saat ini anda masih bekerja sebagai
pemimpin perusahaan dan ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, ubalah cara
berpikir anda layaknya pemilik perusahaan. Bagi anda yang saat ini sedang
mencari pekerjaan dengan berbagai tingkat jabatan, sudahkah anda menjual diri
dengan menggunakan keterampilan berpikir yang dapat mengubah hidup anda? Pada
saat interview, jika kandidat hanya mampu memikirkan diri sendiri, biasanya HRD
akan menempatkannya hanya sebagai karyawan biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar